Selasa, 14 Juni 2011

Peninggalan Sejarah nabi Muhammad SAW


Rumah Nabi bersama Sayyidah Khadijah selama 28 tahun. Membina keluarga teladan sebagai seorang suami dan pejuang yang gigih di bawah ancaman kaum kafir Quraisy yang luar biasa permusuhannya dengan Islam. Bersama Khadijah inilah beliau dikaruniai putra-putra pemimpin paramuda di surga. Dan, dari sinilah, perjuangan Nabi bermula dengan sokongan penuh sang istri tercinta. Istri yang menyandang mukminah pertama yang mengabdikan hidup dan menyerahkan harta bendanya demi izzul Islam wa al-muslimin.

 Bilik Rasul bersama Sayyidah Khadijah

(Baju gamis Nabi SAW yang lusuh dan robek-robek. Yaa Allah … betapa sederhananya baju sang pemimpin dunia yang suci nan agung ..!!)
 (Bagian dari baju gamis Nabi SAW yang sudah sobek)
 Jubah Nabi Muhammad, Rasulullah SAW
(Cap surat Nabi SAW)
Bendera rasulullah SAW
Beberapa helai rambut Rasulullah SAW



Sandal-sandal (terumpah) peninggalan Rasulullah SAW tercinta 


Berbagai pedang yang pernah dimiliki Nabi dengan nama-namanya yang digunakan untuk menegakkan ajaran tauhid, ketika orang-orang kafir memerangi Nabi dan dakwahnya sehingga harus mengangkat pedang.

Gagang Pedang “Hatf” Nabi SAW tampak lebih jelasa
Busur Panah Nabi SAW
Surat Nabi SAW kepada Raja Nijashi, Raja Habsyah
 Surat Nabi SAW kepada rakyat Oman, Arab Selatan
Surat Nabi SAW kepada Kaisar Romawi abad ke- 7
Surat Rasulullah SAW pada Raja Heraclius

Surat Nabi SAW kepada Raja Muqauqas, Mesir

PINTU EMAS MAKAM NABI MUHAMMAD SAW
Peninggalan gigi dan rambut Nabi.
Kotak milik putri tercinta Nabi SAW, Sayyidah Fatimah Az-Zahra R.A.
 Mangkuk tempat minum Rasulullah SAW

 Jejak Kaki Rasulullah SAW

Topi Besi Rasulullah SAW
Salah satu sorban/tutup kepala  Rasulullah SAW
Kunci Ka’bah Masa Nabi Muhammad SAW
 
Wadah Kotak Gigi Rasulullah SAW

Baju dan barang-barang Rasulullah SAW
Makan Siti Aminah, Ibunda Rasululllah SAW

 (Butiran pasir yang diambil dari makam Nabi Muhammad SAW)



Inilah makam Sayyidah Khadijah al-Kubra bersama putranya tercinta, Qasim, yang menjadi asbab al-wurud hadits yang menyatakan bahwa gerhana matahari dan/atau bulan tidak terkait dengan hidup mati seseorang. Karena matahari dan bulan menjalankan fungsi dirinya bagi ‘kepentingan’ seluruh jagat raya dan bukan milik perseorangan, sehingga mengait-ngaitkannya dengan hidup mati seseorang, seolah berkabung, tidaklah logis dan tidak ilmiah. Yang wafat telah paripurna menjalankan fungsi hidupnya, seberapapun masa baktinya di dunia fana ini.


Inilah Mihrab Rasulullah saw, tempat beliau menunaikan shalat di rumah Sayyidah Khadijah al-Kubra. Memberikan gambaran keteladanan yang agamis bagi sebuah rumah. Tidak hanya masjid bermihrab, rumahpun memiliki ruang khusus untuk beribadah bersama keluarga, di samping bilik ruang paling rahasia, relung hati yang tak terjamah siapapun, bahkan oleh malaikat pencatat amal.
Memang, pendidikan pertama adalah di rumah. Barulah setelah itu lingkungan sekitar. Jika Nabi memiliki semboyan, bayti jannati, rumahku adalah surgaku, kita yang tak sanggup meneladani secara sempurna sosok beliau cukuplah memilih semboyan, bayti madrasati, rumah kita adalah madrasah kita.




Pintu masuk bilik Rasulullah saw di rumah Sayyidah Khadijah. Di sinilah Nabi mengajarkan romantika bercinta dengan keluarga. Sebuah bilik yang dalam Qur’an dikategorikan sebagai aurat, terlarang dipertontonkan bahkan kepada anak kecil sekalipun.

Bercinta adalah adalah kodrat manusia, dan – Rasulullah – adalah manusia biasa. Manusia yang sangat pemalu dan sangat menjaga sopan santun dalam bercinta, sehingga beliau pesankan agar tidak bertelanjang, melainkan tetap tertutup kain selimut.


Reruntuhan rumah Sayyidah Khadijah al-Kubra, rumah bangsawan Quraisy terkaya kala itu. Di rumah ini, diskenario dengan matang proses ta’aruf (perkenalan), khitbah (pengajuan pinangan/lamaran) hingga pernikahan Nabi saw dengan beliau. Walaupun Sayyidah Khadijah kaya raya, tapi sangat menghargai calon suami yang diidamkan. Bahan-bahan lamaran dan kebutuhan untuk prosesi pernikahan dikirim secara diam-diam kepada keluarga Nabi yang kurang berada.

 
Tempat Siti Fathimah al-Zahra dilahirkan. Beliau dijuluki al-batul, wanita yang tidak mengeluarkan darah haid sebagaimana lazimnya kaum Hawa. Dan – mungkin – bukan satu-satunya wanita yang tidak mengalami haid. Bukan itu sebabnya utama beliau dikenang sejarah. Tetapi sosok beliau sebagai putri Nabi yang taat, cerdas dan pembela Islam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih teLah berkunjung..♥♥